Saran : Sebelum mengerjakan soal , sebaiknya anda pelajari wacana dibawah ini
Wacana
Wacana 1
Menceritakan
berbagai pengalaman dg pilihan kata dan
ekspresi yang tepat
Soekarno M. Noor
(Oleh : Alwi Shahab)
Ada kisah sedih dikemukakan Rano
“Si Doel”Karno. Dia berkisah saat-saat menjelang ayahnya, Sukarno M. Noor,
meninggal dunia. ”Hari Sabtu, 26 Juli 1986 pukul 08.00 pagi saya dibangunkan
Mama setelah tidur pukul 06.00 pagi. Mama bilang, Papa mau bicara. Saya temui
beliau di tempat tidur, tampaknya beliau makin melemah setelah sekian lama
mengidap penyakit kanker lever. Papa bilang kepada saya, ”Papa tidak kuat, mau
ke rumah sakit tapi Papa tidak punya duit,” tulis Rano Karno dalam kata
pengantar buku Sukarno M. Noor;Jejak Seorang Aktor.
”Begitulah beliau. Angkuh, tidak
mau menyusahkan orang lain,” tulis Rano tentang ayahnya. ”Akhirnya shalat
Maghrib, Papa mengembuskan nafas terakhir dengan sebuah titik air mata di ujung
kelopak matanya. Saya tidak tahu makna titik air mata itu, apakah karena beliau
sedih meninggalkan kami, atau apakah beliau sedih karena tidak dapat mewujudkan
keinginannya,” tutur Si Doel ini.
Saya pernah membuat perbandingan
kehidupan bintang film tempo doeloe dibandingkan dengan para artis sekarang.
Bedanya seperti langit dan bumi. Para artis sekarang mendapat bayaran sampai
ratusan juta rupiah sekali manggung, dahulu hanya dalam bilangan ribuan. Jika
sekarang para selebriti dapat mendiami rumah-rumah miliaran rupiah, dahulu para
artis banyak yang indekos atau tinggal di rumah kontrakan. Sukarno M. Noor
tinggal di rumah kontrakan di Gang Kenari I, Jakarta Pusat.
Wacana 2
Menemukan ide pokok berbagai teks non sastra dengan
teknik membaca cepat (250 kata / menit)
Kentang Organik Dilirik Pekebun
Sekali merengkuh dayung,
dua-tiga pulau terlampaui. Itu diterapkan Kuswita S. Adinata, pekebun kentang
di Pangalengan, Kabupaten Bandung. Sepuluh tahun terakhir, tanpa henti ia
menerapkan sistem budidaya organik. Produktivitas tetap tinggi, 20-25 ton per
ha sehingga laba yang diraup lebih besar. Sebab, biaya produksi lebih rendah.
Konsumen diuntungkan lantaran kentang bebas pestisida.
Di ketinggian 1.200 m
dpl, lahan kentang itu tampak lain dari kebun disekitarnya. Di beberapa bagian
lahan, kelihatan karung bekas setinggi 2 m transparan. Itulah cara Kustiwa
mengantisipasi serangan hama dari kebun tetangga. Harap maklum, disebelah kebun
organiknya, terdapat lahan nonorganik.
Itulah sebabnya,
ketetapan masa tanam amat penting. Kalau terlambat bisa jadi dalam sepekan
tanaman habis akibat serangan Phythophyora Infestans. Paling lambat ia menanam
bersama perkebunan lain. Lebih cepat beberapa hari lebih baik.
Selama ini
kentang dikenal sebagai komoditas yang dikerubungi banyak hama dan penyakit.
Itu yang menyebabkan pekebun bergantung pada pestisida untuk mengatasi serangan
organisme pengganggu itu. Dalam satu periode tanam, setidaknya perkebunan
nonorganik mengucurkan Rp 4 juta per ha untuk belanja pestisida. Itu berarti
setara dengan 12 % dari total biaya produksi yang rata-rata Rp 33 juta – Rp 35
juta.
Kustiwa dapat berhemat hingga Rp
3 juta untuk pos pestisida. Sebab, ia mengendalikan hama secara intensif.
Ketika tanaman berumur 17 atau 17 atau 20 hari, kontrol hama dimulai. Yang
diamati adalah lebar tajuk, batang, penis, dan tingkat serangan hama.
Pengamatan rutin 4-5 hari sekali, tapi saat musim hujan setiap hari. Setelah
tanaman berumur 80 hari, pengamatan dihentikan
Bila
ditemukan serangan hama atau penyakit, tak perlu buru-buru disemprot. Misalnya
dari 40.000 populasi, hanya 5 tanaman yang terserang sehingga diatasi dengan
pemotongan bagian terserang. Pestisida nabati disemprotkan bila serangan hama
atau penyakit melebihi ambang batas.
Ia menggunakan bahan-bahan di
sekitar, seperti : kacang babi, daun suren, kipahit, dan kunyit sebagai bahan
baku. Ciri mereka, berbau menyengat dan pahit. Untuk luasan 1 ha, Kustiwa
menghabiskan Rp 700.000 - Rp 1 juta sebagai biaya
pestisida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar