Senin, 28 Januari 2013

TUGAS 2 > BERCERITA DARI PENGALAMAN



Saran : Sebelum mengerjakan soal , sebaiknya anda pelajari wacana dibawah ini
Wacana

Wacana  1

Menceritakan berbagai pengalaman dg pilihan kata dan ekspresi yang tepat

Soekarno M. Noor
(Oleh : Alwi Shahab)

Ada kisah sedih dikemukakan Rano “Si Doel”Karno. Dia berkisah saat-saat menjelang ayahnya, Sukarno M. Noor, meninggal dunia. ”Hari Sabtu, 26 Juli 1986 pukul 08.00 pagi saya dibangunkan Mama setelah tidur pukul 06.00 pagi. Mama bilang, Papa mau bicara. Saya temui beliau di tempat tidur, tampaknya beliau makin melemah setelah sekian lama mengidap penyakit kanker lever. Papa bilang kepada saya, ”Papa tidak kuat, mau ke rumah sakit tapi Papa tidak punya duit,” tulis Rano Karno dalam kata pengantar buku Sukarno M. Noor;Jejak Seorang Aktor.
”Begitulah beliau. Angkuh, tidak mau menyusahkan orang lain,” tulis Rano tentang ayahnya. ”Akhirnya shalat Maghrib, Papa mengembuskan nafas terakhir dengan sebuah titik air mata di ujung kelopak matanya. Saya tidak tahu makna titik air mata itu, apakah karena beliau sedih meninggalkan kami, atau apakah beliau sedih karena tidak dapat mewujudkan keinginannya,” tutur Si Doel ini.
Saya pernah membuat perbandingan kehidupan bintang film tempo doeloe dibandingkan dengan para artis sekarang. Bedanya seperti langit dan bumi. Para artis sekarang mendapat bayaran sampai ratusan juta rupiah sekali manggung, dahulu hanya dalam bilangan ribuan. Jika sekarang para selebriti dapat mendiami rumah-rumah miliaran rupiah, dahulu para artis banyak yang indekos atau tinggal di rumah kontrakan. Sukarno M. Noor tinggal di rumah kontrakan di Gang Kenari I, Jakarta Pusat.

Wacana  2
Menemukan ide pokok berbagai teks non sastra dengan teknik membaca cepat (250 kata / menit)

Kentang Organik Dilirik Pekebun

Sekali merengkuh dayung, dua-tiga pulau terlampaui. Itu diterapkan Kuswita S. Adinata, pekebun kentang di Pangalengan, Kabupaten Bandung. Sepuluh tahun terakhir, tanpa henti ia menerapkan sistem budidaya organik. Produktivitas tetap tinggi, 20-25 ton per ha sehingga laba yang diraup lebih besar. Sebab, biaya produksi lebih rendah. Konsumen diuntungkan lantaran kentang bebas pestisida.
Di ketinggian 1.200 m dpl, lahan kentang itu tampak lain dari kebun disekitarnya. Di beberapa bagian lahan, kelihatan karung bekas setinggi 2 m transparan. Itulah cara Kustiwa mengantisipasi serangan hama dari kebun tetangga. Harap maklum, disebelah kebun organiknya, terdapat lahan nonorganik.
Itulah sebabnya, ketetapan masa tanam amat penting. Kalau terlambat bisa jadi dalam sepekan tanaman habis akibat serangan Phythophyora Infestans. Paling lambat ia menanam bersama perkebunan lain. Lebih cepat beberapa hari lebih baik.
Selama ini kentang dikenal sebagai komoditas yang dikerubungi banyak hama dan penyakit. Itu yang menyebabkan pekebun bergantung pada pestisida untuk mengatasi serangan organisme pengganggu itu. Dalam satu periode tanam, setidaknya perkebunan nonorganik mengucurkan Rp 4 juta per ha untuk belanja pestisida. Itu berarti setara dengan 12 % dari total biaya produksi yang rata-rata Rp 33 juta – Rp 35 juta.
Kustiwa dapat berhemat hingga Rp 3 juta untuk pos pestisida. Sebab, ia mengendalikan hama secara intensif. Ketika tanaman berumur 17 atau 17 atau 20 hari, kontrol hama dimulai. Yang diamati adalah lebar tajuk, batang, penis, dan tingkat serangan hama. Pengamatan rutin 4-5 hari sekali, tapi saat musim hujan setiap hari. Setelah tanaman berumur 80 hari, pengamatan dihentikan
Bila ditemukan serangan hama atau penyakit, tak perlu buru-buru disemprot. Misalnya dari 40.000 populasi, hanya 5 tanaman yang terserang sehingga diatasi dengan pemotongan bagian terserang. Pestisida nabati disemprotkan bila serangan hama atau penyakit melebihi ambang batas.
Ia menggunakan bahan-bahan di sekitar, seperti : kacang babi, daun suren, kipahit, dan kunyit sebagai bahan baku. Ciri mereka, berbau menyengat dan pahit. Untuk luasan 1 ha, Kustiwa menghabiskan   Rp 700.000 - Rp 1 juta sebagai biaya pestisida.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar